Sungai di Bolmut Ditemukan Mikroplastik, Jadi Ancaman Kesehatan Warga

Sungai besar Yang ada di Kecamatan Bolangitang Barat. (Foto Fandri Mamonto)

TORANGPEBERITA.COM- Cuaca saat itu sedang mendung. Ridwan Ege kepala desa Keimanga, Kecamatan Bolangitang Barat melakukan konsultasi dengan Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) Kabupaten Bolaang Mongondow Utara (Bolmut), Rabu 26 Januari 2023.

Sebagai sangadi (kepala desa) Ridwan merasa bertanggung jawab atas desanya terkait persoalan lingkungan dan sampah. Terlebih pada tahun 2020 sungai yang melewati desanya ditemukan Mikroplastik.

“Tadi melakukan konsultasi dengan pihak DLHK. Terkait persoalan sampah. Kalau bisa tahun ini mobil pengangkut sampah bisa sampai ke desa Keimanga,” kata Ridwan, Rabu 26 Januari 2023.

Karena menurut Ridwan, jika mobil sampah sampai ke desanya, dirinya bisa melaksanakan program pembuatan sampah kering dan basah.

“Hal ini guna mencegah masalah buang sampah sembarangan,” jelasnya.

Dirinya juga menjelaskan jika persoalan penanganan sampah muncul dipembahasan Musyawarah Rencana Pembangunan Desa (Musrenbangdes).

Keinginan Ridwan agar mobil sampah bisa sampai ke desanya juga bagian dari bagaimana warga tidak akan membuang sampah di sungai atau kebun-kebun yang suatu saat jika banjir akan terbawa air.

Terkait fenomena sampah di sungai, ketua World Clean Up Day (WCD) Bolmut Sam Tampusu mengatakan sampai dengan saat ini masih ada sampah yang terbawa arus sungai.

“Apalagi saat sungai surut. Sampah plastik banyak berhamburan dan tersangkut di ranting-ranting pohon dan rerumputan,” katanya.

Menurutnya, sampah yang dibuang sembarangan ke sungai akan membuat sungai tersumbat dan menyebabkan banjir ketika musim hujan tiba apalagi curah hujan sekarang ini sanggat tinggi.

Sampah yang berhasil dikumpulkan. (Foto kiriman WCD Bolmut)

Selain itu sampah yang berserakan dimana-mana akan menjadi sarang penyakit yang bisa mengganggu kesehatan masyarakat itu sendiri.

“Sebagai manusia memliliki derajat paling tinggi di antara makhluk hidup yang lain, seharusnya memiliki kesadaran dan tanggung jawab diri sendiri terhadap lingkungan, tidak membuang sampah sembarangan apalagi dibuang ke sungai, berdampak yang buruk bagi orang lain,” ujarnya.

Ia berharap ada kesadaran dari diri sendiri dan banyak belajar edukasi terkait sampah itu sendiri, apalagi sampah rumah tangga yang dihasilkan dari keluarga itu sendiri.

“Dengan lingkungan bersih, maka hidup kita juga tentu akan lebih nyaman,” ungkapnya.

Sementara itu setidaknya ada 11 desa dengan 10.821 penduduk dilalui sungai yang ditemukan mikroplastik.

Sungai di Bolmut Ditemukan Mikroplastik

Pada 2020 lalu, Laboratorium hidrobioekologi dan biometrik Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) Universitas Negeri Gorontalo (UNG) mengeluarkan hasil sampel jenis air di Sungai Ollot, Bolmut.

Sampel ini melihat kondisi air pasca banjir yang terjadi di desa Ollot. Hasil sampel yang diambil oleh Sandry Djunaidi menemukan beberapa partikel sampah plastik yang muncul.

Saat itu dirinya menyampaikan ada beberapa partikel sampah plastik yang muncul.

“Jadi untuk saat ini dilihat dari hasil lab, jangan dulu di konsumsi oleh manusia. Karena ditemukan seperti plastik dalam sampel,” katanya.

Sampel Mikroplastik Yang Ditemukan di Sungai Bolmut. (Dok Sandry)

Disisi lain beberapa waktu lalu DLHK Bolmut berencana bakal mengambil sampel yang berada dialiran sungai Ollot hingga Sonuo.

Termasuk  akan mengambil sampel untuk hewan di sungai. Baik ikan dan kosamungo (kerang).

Sementara itu dilansir dari ecoton.or.id data Tim Ekspedisi Sungai Nusantara (ESN) 2022 untuk provinsi Sulawesi Utara (Sulut) ditemukannya 132 partikel/100 liter.

Identifikasi Mikroplastik Pada Sungai di Indonesia Tahun 2022. (Dok ecoton.or.id)

Menariknya data tersebut kontaminasi mikroplastik di sungai Indonesia tahun 2022 didominasi oleh Fibre (Serat)20 persen, sumbernya dari degradasi kain sintetik akibat kegiatan rumah tangga pencucian kain, laundry dan juga limbah industri tekstil. 

Baca Pula:  Beberapa Capaian Pembangunan Depri-Amin Dari Upaya Penurunan Kemiskinan

Fibre juga disebabkan oleh sampah kain yang tercecer di lingkungan yang terdegradasi karena faktor alam (suhu, arus air dll).

Film(Filamen) 60 persen, berasal dari degradasi sampah plastik tipis dan lentur (kresek dan kemasan plastik Single layer SL.
Fragment60 persen, berasal dari deradasi sampah plastik kaku dan tebal (kemasan sachet multilayer ML, tutup botol, botol shampo dan sabun ).

Pellet 4 persen, merupakan mikroplastik primer yang langsung diproduksi oleh pabrik sebagai bahan baku pembuatan produk plastik.

Foam 0,4 persen, berasal dari degradasi setiap jenis plastik dengan struktur foam (berbusa), misalnya dari Styrofoam atau plastik lainya meliputi poliestirena (PS), polietilena (PS) atau polivinil klorida (PVC).

Mikroplastik Bahaya Untuk Kesehatan dan Lingkungan

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI menyebut ada dampak yang tidak bagus dari limbah plastik terhadap lingkungan atau kesehatan tubuh.

Kemenkes menyampaikan karena plastik yang sulit terurai sehingga dampak yang terlihat adalah terjadinya penimbunan limbah, menyumbat saluran air, dan banjir mencemari lingkungan.

Kemenkes mencontohkan mikroplastik yang terkandung di dalam air akan langsung masuk ke dalam organ tubuh ikan, ikan tersebut tidak akan bertahan hidup lama, dan apabila dikonsumsi oleh manusia juga dapat berbahaya.

Sementara itu, Kepala Bidang (Kabid) Pelayanan Kesehatan (Pelkes) Dinas Kesehatan (Dinkes) Bolmut, Sofian Mokoginta mengatakan sampah-sampah yang tidak dikelola dengan baik akan berpotensi menimbulkan penyakit terhadap masyarakat.

Kepala Bidang Pelkes Dinkes Bolmut Sofian Mokoginta. (Dok Sofian Mokoginta)

Dirinya juga menambahkan termasuk sampah-sampah yang dibuang ke sungai. Menurutnya walau belum ada penilitian secara langsung untuk wilayah Bolmut soal dampak penyakit terkait sampah.

Tetapi hampir setiap tahun dalam 10 penyakit menonjol di Bolmut adalah ISPA.

“Pada tahun 2022 ISPA ada 5575 kasus dan ada pada urutan pertama. Sedangkan diare ada pada urutan ke 10 dengan 386 kasus,” jelasnya.

Sementara itu pada tahun 2020 ISPA mencapai 8595 kasus dan masih menempati urutan pertama.

Sofian menuturkan sehingga pentingnya bagaimana kerjasama antara puskesmas dengan pemerintah desa terkait Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).

Dirinya juga berharap pemerintah desa bisa membuat program ‘mawas diri’ yang artinya bisa melihat hal-hal apa yang dibutuhkan terkait kesehatan warga.

Program ini juga bekerjasama dengan puskesmas. Selain itu program-program jumat bersih tetap terus dilakukan.

Dilansir dari ecoton.or.id masalah yang disebabkan oleh mikroplastik lebih besar dari yang biasanya diperkirakan sehingga dinilai berbahaya dan mengancam keberlangsungan makhluk hidup.

Berdasarkan komponennya plastik tersusun oleh senyawa utama meliputi styrene, vinil klorida dan bisphenol A.

Apabia tubuh terpapar oleh senyawa tersebut maka akan menyebabkan iritasi atau gangguan pernafasan, mengganggu hormone endokrin sampai berpotensi menyebabkan kanker.

Senyawa tambahan yang dicampurkan ke dalam plastik meliputi phthalate, penghalang api, dan alkalyphenol juga dapat menyebabkan gangguan aktivitas endokrin hingga berdampak pada kesuburan.

Senyawa dari plastik memiliki aktifitas mengganggu hormone estrogen sehingga jika masuk kedalam tubuh dapat meniru hormon estrogen.

Senyawa tersebut dapat menurunkan kadar hormon testosteron plasma dan testis, LH plasma, dan juga menyebabkan morfologi abnomal seperti penurunan jumlah sel Leydig pada biota jantan.

Tata Kelola Sampah Belum Diseriusi Oleh Pemerintah Daerah

Pemerintah Daerah (Pemda) Bolmut tampaknya belum menseriusi persoalan sampah di Bolmut. Walaupun demikian Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) Bolmut berusaha untuk mengatasi persoalan sampah.

Disisi lain Pemda Bolmut hanya memiliki empat mobil pengangkut sampah. Dan hanya melayani 14 desa di dua Kecamatan.

Baca Pula:  Sirajudin Lasena Kepada Para Sangadi 'Sediakan Air Panas' Ada Kopi dan Gula
Potret Tumpukan Sampah di TPA Bolmut. (Foto Fandri Mamonto)

Yaitu Kecamatan Kaidipang dan Bolangitang Barat. Padahal Bolmut sendiri memiliki enam Kecamatan dan 106 desa satu kelurahan.

Kepala Dinas (Kadis) DLHK Bolmut, Hidayat Panigoro mengatakan pihaknya masih kekurangan truk pengangkut sampah masih terbatas.

“Bahkan, saat ini, hanya ada empat armada yang tersedia. Sedangkan tiga armada kondisi rusak parah, dan 1 dipaksakan untuk beroperasi,” katanya.

Kepala Bidang Penataan dan Peningkatan Kapasitas Lingkungan Hidup DLHK Bolmut, Lery Talibo mengakui dalam mengelola sampah masih mengalami beberapa kendala.

“Salah satunya soal anggaran. Apalagi beberapa tahun ini banyak anggaran yang dilakukan refocusing terkait Covid-19,” ujarnya.

Walau demikian dirinya tetap optimis terkait tata kelola sampah dengan baik. Tapi membutuhkan waktu.

Menurutnya berbagai proposal telah dimasukan ke pihak-pihak terkait.

Disisi lain, selain soal pelayanan, pihaknya juga memang terus akan melakukan sosialiasi kepada masyarakat terkait sampah. Termasuk larangan buang sampah ke sungai.

Pasalnya pihaknya masih menemukan warga yang belum memahami dampak dari sampah.

“Bahkan ada yang menjawab masih luas belakang rumah,” bebernya.

Data DLHK produksi sampah di Kabupaten Bolmut sepanjang tahun 2019 mencapai 19.203 ton, naik dibandingkan tahun 2018 yang ada di angka 8589 ton. 

Pada tahun 2022 jumlah timbulan sampah mencapai 12.134 ton.

Sementara itu David Sutasurya, Steering Committee dari Aliansi Zero Waste Indonesia mengatakan pemerintah tidak akan mampu meningkatkan kinerja pengelolaan sampah secara signifikan tanpa reformasi tata kelola pengelolaan sampah itu sendiri.

Hal ini tidak hanya mencakup regulasi sektor pengelolaan sampah, tetapi juga sektor pemerintahan daerah, industri, energi dan lain-lain.

Pemerintah harus segera menerapkan langkah nyata untuk melakukan transformasi tata kelola pengelolaan sampah, untuk menciptakan enabling condition yang secara signifikan memampukan pemerintah di semua tingkatan kewenangan untuk  mengelola sampah dengan pendekatan zero waste secara menyeluruh. 

“Langkah terbaik untuk meminimalkan emisi karbon dari sistem pengelolaan sampah adalah pengurangan produksi dan konsumsi plastik serta pencegahan sampah organik, khususnya sampah makanan,” ujarnya dilansir dari Aliansizerowaste.id.

Solusi Pemanfaatan Sampah Plastik: Berawal Dari Kelompok Pengajian, Sampah Plastik Dijadikan Kerajinan Tangan Oleh Pemuda Ollot II

Ketua karang taruna desa Ollot II, Kecamatan Bolangitang Barat, Kabupaten Bolaang Mongondow Utara, Jerry Berahima bersama tokoh masyarakat Burhan Seroa pernah mengajak Torangpeberita ke salah satu rumah warga di desa mereka.

Aktivitas pengajian sambil mendiskusikan mengelola sampah plastik menjadi kerajinan tangan. (Foto Fandri Mamonto)

Rumah warga ini sesuai jadwal menjadi tempat pengajian rutin karang taruna desa Ollot II dengan sarungan dan peci Jerry bersama Burhan mengajak wartawan masuk ke rumah. Tampak beberapa anak muda datang sambil membawa Al’quran. Didalam rumah kami sudah ditunggu tuan rumah.

Ketua karang taruna Jerry Berahima mengatakan kegiatan pengajian ini dilaksanakan seminggu tiga kali.

“Pada malam Selasa, Rabu dan Sabtu untuk tempat sudah dibagi dengan bergiliran,”ujarnya.

“Setelah kegiatan mengaji selesai kami mendiskusikan hal-hal yang dilaksanakan oleh pemuda. Termasuk bagaimana sampah plastik menjadi kerajinanan tangan,”ungkapnya.

Pembuatan kerajinan tangan dari sampah plastik juga berawal dari kelompok pengajian ini.

Menurutnya, tahapan sosialisasi untuk mengumpulkan sampah plastik sudah disampaikan ke pemerintah desa dan masyarat. “Setelah dikumpulkan nanti hari Jumat kemudian sampah plastik kami ambil,”ujarnya.

Ratih Mahamudu 19 tahun menuturkan ide ini awalnya dirinya melihat di Sulawesi Tengah, disana banyak dijual.

“Dan diberikan tante satu kerajinan tangan. Dari sini saya belajar sandiri cara pembuatannya,”jelasnya.

“Selanjutnya saya usulkan ke forum pengajian tentang kerajinan tangan ini, dan mereka menerima usulan tersebut,”bebernya.

Fakta menarik dan bermanfaat

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *