Pentingnya pengetahuan keselamatan kerja bagi petani dan pelaku usaha gula aren di Bolmut

Helmi dan Misna saat membuat gula merah. (Foto Fandri Mamonto)

TORANGPEBERITA.COM- Misna Tanaijo (36) sedang menunggu suaminya yang hendak pergi ke sawah saat ditemui Torangpeberita.com di rumahnya desa Batu Bantayo, Kecamatan Pinogaluman, Kabupaten Bolaang Mongondow Utara (Bolmut) Kamis 25 Februari 2021. Ia menunggu suaminya pulang yang nantinya akan mencetak gula merah (Pogangga).

Sembari menunggu suaminya, Misna menjaga kobaran api dalam tungku, sesekali memasukan kayu ke dalam tungku tersebut. Di atas api yang menyala terdapat satu wajan berukuran besar berisi cairan kental berwarna cokelat dan sebuah drum yang yang sudah direbus selama beberapa saat sejak pagi.

Misna dibantu anak kedua yang perempuan dari lima bersaudara. Menjaga kobaran api tetap terjaga. Selanjutnya tak berselang lama Misna mencukur kelapa.

Merebus air aren (saguer) menjadi rutinitas saban hari keluarga Misna, yaitu membuat gula merah untuk dijual. Misna merupakan salah satu pembuat gula merah di wilayah Batu Bantayo, Kecamatan Pinogaluman, Kabupaten Bolaang Mongondow Utara (Bolmut).

Misna saat membantu suaminya membuat gula merah di desa Batu Bantayo, Kecamatan Kaidipang. (Foto Fandri Mamonto)

Lokasi pembuatan gula merah hanya dibelakang rumahnya, tepat di halaman rumahnya terdapat pohon-pohon aren, yang menjadi tempat mengambil air. Beberapa pohon sudah sangat tinggi. Hari itu ada lima pohon aren yang diambil untuk direbus oleh Misna.

Tak berselang lama suami Misna, Helmi Eato (37) tiba di rumah dari sawah. Helmi tiba di rumah menyempatkan istirahat sejenak sebelum mengaduk air gula aren.

Sehari Dua kali Mengambil Air Aren

Sekitar 30 menit kemudian, Helmi datang ditempat pembuatan gula merah, ia tampak mengantuk setelah istirahat sejenak. Sambil menjaga api, Helmi mengatakan sehari bisa dua kali mengambil air aren.

“Pagi dan sore, bisanya sampai lima pohon. Jadi harus disiapkan lima bambu untuk menampung air aren,” katanya.

Tampak Helmi memanjat pohon penghasil gula aren dengan membawa tempat pengisian air nira. Ia perlahan-lahan naik menggunakan tangga yang telah dibuatnya. Helmi tampak terbiasa memanjat pohon.

Helmi saat memanjat gula aren. (Foto Fandri Mamonto)

Menurutnya setelah itu direbus, nantinya esok hari akan dicetak menjadi gula merah. Biasanya sampai 30 biji gula merah yang dihasilkan. Usaha kecil menengah ini dapat membantu perekonomian Helmi.

Baca Pula:  Lima Tahun Depri-Amin, Membangun Jalan Dengan Panjang 50 KM

“Kalau bulan ramadhan sampai 40 biji yang kami buat gula merah,” ujarnya.

Tak berselang lama wajan yang berisi gula aren diangkat. Helmi mengangkat wajan tersebut tanpa alas tangan, padahal wajan tersebut terlihat panas. sembari istrinya menyiapkan tempurung untuk mencetak gula.

Setelah diangkat, Helmi mengaduk air aren yang direbus dengan sebuah kayu. Terus mengaduk, Helmi menceritakan jika membuat gula merah sejak ia masih anak-anak. Dimana masih dari orang tuanya.

Helmi saat mengangkat wajan. (Foto Fandri Mamonto)

Selanjutnya Misna menambahkan jika kelak nanti anak-anaknya bisa meneruskan kegiatan membuat gula merah ini.

Misna dan Helmi menyampaikan saat ini harga gula merah alami penurunan, sebelumnya ada kenaikan. “Saat ini kami menjual ke penampung dengan harga Rp4.000 satu biji dengan ukuran tidak terlalu besar,” ujarnya.

Biasanya jika ramadhan harga gula naik. Bisa dijual sampai Rp6.000 ke penampung. Dengan membuat gula merah bisa membantu perekonomian keluarga.

Sulit mendapatkan kayu bakar

Untuk merebus air aren, Misna dan Helmi menggunakan kayu bakar. Mereka berdua menyebtukan jika kesulitan mendapatkan kayu bakar. Apalagi saat musim hujan.

Mereka berdua mengakui kebutuhan kayu bakar memang sangat penting dalam membuat gula merah. Terlebih menjaga kobaran api.

Kata Helmi ia mencari kayu bahkan sampai di wilayah pantai. Untuk bisa mendapatkan kayu bakar.

“Gonupu (kolibong) juga bisa dipakai untuk memasak air aren, tapi biasanya menunggu ada yang memanjat kelapa,” jelasnya.

Pentingnya Pengetahuan Keselamatan kerja bagi petani gula aren


Kepala dinas tenaga kerjaan dan transmigrasi Kabupaten Bolaang Mongondow Utara (Bolmut), provinsi Sulawesi Utara (Sulut) Abdul Muis Suratinoyo mengatakan selain perusahan besar pelaku UMKM juga diharapkan bisa mengetahui soal keselamatan kerja.

Menurutnya hal yang sama juga bagi petani, nelayan hingga pengemudi bentor. Hal ini sangat penting bagi mereka.

“Termasuk bagi petani gula aren atau pembuat gula merah. Mereka juga sebenarnya memiliki resiko saat bekerja,” ungkapnya.

Terlebih saat memanjat pohon aren. Sehingga pihaknya berharap mereka bisa mengurus BPJS ketenagakerjaan.

Ia mengatakan pihaknya sebenarnya sudah membuta program pelatihan terkait keselamatan kerja. Termasuk bagi pelaku UMKM.

Baca Pula:  Sepanjang Memimpin, IDeal Telah Membangun Delapan Jembatan

“Hanya saja akibat pandemi anggaran untuk pelatihan terkena dampak refocusing,” ujarnya.

Dirinya juga menambahkan selain itu pihaknya memiliki program menyasar petani, nelayan hingga penggemudi bentor mendapat BPJS ketenagakerjaan. Yang nantinya dibiayai oleh pemerintah daerah.

“Tapi lagi-lagi pandemi berdampak pada anggaran tersebut,” jelasnya.

Disisi lain dalam diskusi media peliputan media dan literasi berita tentang K3 di masa pandemi yang diselenggarakan oleh ILO dan AJI Indonesia, manajer proyek peningkatan dan pencegahan Covid-19 di dan melalui tempat kerja ILO, Abdul Hakim mengatakan sistem keselamatan dan kesehatan kerja (K3) nasional dapat ditingkatkan dan diperkuat melalui penciptaan budaya pencegahan melalui dialog sosial yang bermakna.

“Ini membutuhkan kerja sama dan kolaborasi yang efektif antara perwakilan pemerintah, pengusaha dan pekerja/buruh – sebagai mitra yang setara dan independen – untuk menemukan solusi terhadap masalah-masalah yang menjadi perhatian bersama. Indonesia dengan cepat memperbaiki sistem K3 nasional dan membangun budaya pencegahan melalui dialog sosial yang efektif di tingkat nasional dan perusahaan,” jelasnya dalam pemaparan materi, Kamis 13 Januari 2022.

Dalam pemaparan materi yang membuat budaya K3 tumbuh. Dirinya merinci diantaranya
sistem manajemen K3 yang berhasil memerlukan komitmen manajemen puncak terhadap budaya pencegahan, termasuk melalui alokasi sumber daya yang memadai.

Sama pentingnya adalah partisipasi pekerja/buruh, yang memainkan peran penting dalam mengenali dan mengidentifikasi bahaya; berkontribusi pada penilaian risiko yang terinformasi dengan baik dan konteks spesifik; merencanakan tindakan pencegahan yang efektif; dan menerapkan langkah-langkah pencegahan dan mitigasi.

Pemerintah tentu saja memegang peranan paling penting dalam melakukan pengawasan K3 yang efektif dan efisien (pembinaan, pemeriksaan, pengujian dan penyidikan)

Menurutnya, pemerintah tentu saja memegang peranan paling penting dalam melakukan pengawasan K3 yang efektif dan efisien (pembinaan, pemeriksaan, pengujian dan penyidikan).

Selain itu keinginan kuat untuk bekerja dan berbisnis secara lebih aman, sehat dan produktif dan menjadikannya sebagai isu nasional. Memasukkan isu K3 dalam semua tingkat pendidikan. Lebih banyak kegiatan/Tindakan nyata diperlukan untuk membuat budaya pencegahan K3 menjadi kenyataan bagi semua pekerja/buruh di seluruh dunia.

Fakta menarik dan bermanfaat

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *