Angka dan Opini Terhadap Misi Kabupaten
Oleh : Satran Pahu (Mahasiswa Fakultas Syariah IAIN Gorontalo, Prodi Hukum Perdata Islam,lulusan tahun 2017. Keluarga besar Alumni SMAN 1 Bolangitang 2013)
PADA dasarnya, manusia merupakan makhluk social yang memiliki ketergantungan terhadap semangat, prestasi, tujuan, dan hasil. Demikian pula, ketergantungan itu terjadi akibat dari pengaruh perkembangan dan kemajuan Ilmu Teknologi.
Dimasa Pandemi saat ini, berbagai kebijakan tentu mengarah pada kepentingan dan keselamatan umum. Bukan anatar orang, antara kelompok, atau bahkan antar golongan semata.
Lantas bagaimana jikalau keadaan ini memeberi potensi kepada kaum laki-laki dan kaum perempuan dalam mendukung misi yang ada di daerah ini? Tentu, ini angin segar untuk para penerus atau kata lain generasi ke generasi dalam membaca situasi saat ini.
Tergantung darimana kita memulainya, apakah ketergantungan seperti yang dimaksud diatas dapat dijalani bersama-sama atau secara orang per orangan?
Secara berurut, Jumlah jiwa laki-laki berada pada angka 42.779 sementara, perempuan berada di jumlah kedua yakni 40.333 jiwa dengan selisih jiwa yaitu 2.446 jiwa. Dalam presentasenya, Laki-laki mendapat porsi 51%, perempuan 49% dan selisihnya hanya 3% perempuan terhadap jumlah jiwa laki-laki.
Mewujudkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas dan berbudaya bisa dibangkitkan dari ketergantungan terhadap angka-angka tersebut.
Pandemic Covid-19 saat ini, menjadi tantangan tersendiiri untuk seluruh lapisan masyarakat. Dampak terhadap keberlangsungan hidup masayarakt dalam sisi kehidupan ekonomi, social budaya, terlebih dalam bidang pendidikan.
Jika ditanya bagaimana bisa mewujudkan SDM yang berkualitas dan berbudaya bila kondisi dilapangan saat ini system belajar kita dalam jaringan (Daring) dengan kata lain tanpa tatap muka dikelas. Hal ini merupakan antiipasi dan tindakan preventif yang menjadi bagian dari semua lapisan masayarakat agar pandemic saat ini tidak lagi merambah kemana-mana. Dalam misi tersebut, bisa dikatakan bahwa pendidikan lah ujung tombak dari keberhasilan yang dituju.
Untuk menyamai jumlah jiwa laki-laki diatas, jumlah perempuan hanya butuh 3% dari selilisihnya. Ini berarti tiada pembeda antara laki-laki dan perempuan dalam bekerja sama, mewujudkan misi kabupaten tercinta bolaang mongondow utara.
Tantangan berikut, bagaimana membangkitkan kesadaran semua elemen masayarakat yang disebutkan diatas ? Ya tentu barangkali salah satunya adalah tetap konsisten pada tujuan bersama atas dasar kecintaan terhadap daerah ini. Bayakan, jika tiap 30% dari jumlah laki-laki dan perempuan diatas menyumbangkan gagasan dan inovasi, gebrakan nyata dalam menopang pembangunan dan mendukung potensi yang ada ditanah bolaang mongondow utara, maka cara kita melawan pandemic sangatlah dewasa bukan ?
Semoga, tulisan ini dapat mengilustrasikan kembalinya semnagat kita semua dalam menghadapi bencana Non alam Covid-19.